A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang sangat
komplek yang perlu mendapatkan perhatian. Masalah-masalah tersebut
antara lain kurikulum yang berubah-ubah sehingga sekolah kurang siap
dalam melaksanakan, keadaan guru yang kurang memenuhi syarat dari segi
tingkat pendidikan, fasilitas sekolah yang tidak lengkap maupun masalah
kesiswaan yang menyebabkan menurunnya tata krama sosial dan etika moral
dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses
negatif yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain
semakin maraknya berbagai penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial
kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk kenakalan siswa di sekolah
seperti dibawah ini.
1. Kurang hormat kepada guru dan karyawan.
Perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru atau karyawan di
mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan
sekolah.
2. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan
peraturan. Siswa masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak
memakai seragam dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak
sesuai ketentuan sekolah dan membawa senjata tajam.
3. Kurang
memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku ini tampak
dengan adanya perbuatan mencorat-coret dinding sekolah atau kelas,
merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.
4. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah bahkan perkelahian antar sekolah.
5. Merokok di sekolah pada jam istirahat.
6. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa
putri dan melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.
Di samping itu kenakalan siswa dewasa ini cenderung pada kategori
tindakan kriminal. Hal ini terbukti dengan adanya tindakan siswa antara
lain pencurian, penyalahgunaan obat terlarang, dan pembunuhan yang
secara umum disebut sebagai kejahatan siswa.
Masalah ini bila tidak segera diatasi akan semakin mengancam
kehidupan generasi bangsa khususnya dan tata kehidupan sosial masyarakat
pada umumnya. GBHN tahun 1999 mengamanatkan kepada masyarakat (sekolah)
untuk memberlakukan pendidikan budi pekerti sebagai pelajaran wajib
diberikan dalam kehidupan siswa dan warga sekolah. Hal ini dapat
dipahami, karena salah satu misi pendidikan adalah bagaimana melindungi,
melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa dan budi pekerti yang
luhur dalam tata kehidupan sekolah.
Ditinjau dari usia remaja, usia tersebut merupakan usia sekolah bagi
anak. Di lingkungan sekolah posisi remaja adalah sebagai siswa, jadi
kenakalan remaja yang dilakukan oleh peserta didik dapat disebut sebagai
kenakalan siswa. Dari pengertian ini dapat disimpulkan kenakalan siswa
adalah penyimpangan perilaku siswa yang berakibat siswa melanggar
aturan, tata tertib, dan norma kehidupan di sekolah dan masyarakat.
Telah disebutkan di atas kenakalan siswa saat ini sudah cenderung
pada perbuatan kriminal yang cukup meresahkan masyarakat. Di sekolah
kenakalan siswa menjadi tanggung jawab sekolah dalam mengelolanya. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilannya.
Mengingat semakin kompleknya permasalahan yang timbul akibat kenakalan
siswa, dalam pemecahannya sekolah perlu melibatkan instansi-instansi
terkait seperti lembaga swadaya masyarakat, kepolisian dan dinas-dinas
terkai, upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang
optimal.
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Remaja
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan dengan
mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam
segi cipta, rasa, karsa, estetika, social dan susila serta hal yang
lain. Dalam kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan
pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono (1986 : 29 ) yang dimaksud dengan
perkembangan yaitu : Perkembangan merupakan perubahan-perubahan
psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi phisikhis
dan fisis dari anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan. Menurut ahli
yang sama ( 1986 : 33 ) yang dimaksud dengan pertumbuhan yaitu perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak-anak yang sehat,
dalam peredaran waktu tertentu.
Menurut Abin Syamsudin (2000:130) menuliskan batasan remaja awal
berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Dari batasan usia remaja
awal tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP.
Conger dalam Abin Syamsudin (2000:132), memberikan penafsiran sebagai
ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat
merupakan tipe of time and the worst of time. Kalau individu mampu
mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan
menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya.
Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang
berkepanjangan.
Menurut Zakiah Daradjat (1992:28) yang dimaksud dengan masa remaja
yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan
tetapi belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum
dapat menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia
dimana seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam
mencari identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah
peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan
perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.
Karenanya pada masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub
yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub
yang baru (masa dewasa) yang masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang
belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan
pada masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum stabil dan matang.
Abin Syamsudin (2000:133) menyebutkan ciri-ciri umum remaja awal dilihat dari beberapa aspek, meliputi :
1) Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :
a) diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan
bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer;
b) adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi;
c) adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasipengaruh
orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua;
d)
dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari0hari oleh para pendukungnya (orang dewasa);
e) mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya;
f) mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan spektis;
g) penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin
didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar
dirinya; dan
h) masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
2) Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi :
a) lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial,
penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah
kecenderungan-kecenderungan;
b) reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya
masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau
kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam
tempo yang cepat;
c) kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai
tampak (teoritis, ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius)
meskipun masih dalam taraf eksplorasi dan coba-coba; dan
d)
merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk
kepribadiannya.
Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja
apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada
perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan
remaja (siswa). Secara umum jika siswa tidak dapat berkembang dengan
baik sesuai dengan kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang
yang kita kenal dengan kenakalan remaja.
2. Kenakalan Remaja
Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan,
perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan
sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan
teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai,
tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok
(Tjipto Subadi 2009: 21)
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (2003 : 6-7 ) secara tegas dan jelas
memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan
menyimpang. Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya
konformitas terhadap norma-norma sosial. Dalam Bakolak Inpres no :
6/1997 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan
tingkah laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggat norma
sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.
Fuad Hasan dalam Sudarsono (1999) merumuskan definisi Delinquency
sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila
mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak
kejahatan.
Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan
anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma
sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan
meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan
keluarga dan atau masyarakat.
Singgih D. Gunarso (1988 : 19) mengatakan dari segi hukum kenakalan
remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma
hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak
diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
sebagai pelanggaran hukum; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum
dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,
pernah dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985:73) Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam
bukunya ” Ruler of Sociological Method ” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas,
dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi
dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu
perilaku yang nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan
keresahan pada masyarakat.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan
remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di
masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa
dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan
dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi,
suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2)
kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
ijin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
4. Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri
(Sudarsono:125-131). Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya
beberapa sebab antara lain :
a. Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan
sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal
(broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.
Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat
mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi,
konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak
menjadi nakal.
Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba
kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang
tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 )
sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent often failed to reinforce good
behavior in early childhood and were harsh or inconsaistent, or both,
in punishing misbehavior.” Pendapat senada dikemukakan Mustafit Amna
(2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebaba kenakalan anak
adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau keluarga
terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler dan Medway
(2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from
socialization processes at home or in peer group.”
2. Keberadaan Pendidikan Formal
Dewasa ini sering terjadi
perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu
ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar
di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan
jiwa anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat
nakal, sering disebut kenakalan remaja.
Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan
sesamanya, juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang
mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang
negatif. Seperti pendapat Sri Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat
anak yang selalu ingin mengungguli temannya dengan cara menekan atau
mengancam bila dibiarkan saja, memberikan peluang bagi anak untuk
menyelesaikan setiap masalah dengan cara kekerasan.
Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik
dari kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak
(siswa). Dengan keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik
psikologis yang dapat menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif
sekolah juga dapat datang dari yang langsung menangani proses pendidikan
antara lain : kesulitan ekonomi yang dialami pendidik, pendidik sering
tidak masuk, pribadi pendidik yang tidak sesuai dengan jiwa pendidik.
3. Keadaan Masyarakat
Anak remaja (siswa) sebagai anggota
masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan masyarakatnya.
Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang
ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti
persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan fasilitas
rekreasi.
Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan timbulnya
kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar
bagi jiwa manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia
dalam hidupnya termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada
yang memiliki perasaan rendah diri sehingga anak tersebut dapat
melakukan perbuatan melawan hukum terhadap orang lain. Seperti
pencurian, penupian dan penggelapan. Biasanya hasil yang diperoleh hanya
untuk berfoya-foya.
Timbulnya pengangguran yang semakin meningkat di dalam masyarakat
terutama anak-anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan
timbilnya niat di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan. Keadaan ini
tentunya dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga kadang
jadi tidak bersemangat untuk belajar.
Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan
pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena
bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik
(misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan
film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku
negatif. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis
Grochowski (2002:340) yang mengatakan, ”The perception of crime is the
product of the Media ”Multiplied” by the ”Additive” effects of the
political economy and cultur over time.”
5. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain
mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua
hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung
jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini
hendaknya tidak dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri
pengertian yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan
memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu ’
kluyuran ” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka
dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari,
mereka dididik mandiri.
Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si
remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan
serta mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak
semata-mata karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua. Pemaksaan
ini justru akan berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada sebagian
anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit
yang frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka
malah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal
waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat
terlarang.
Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng
sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga
untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat
berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan
sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer
sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di
malam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.
Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan
merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam
memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan
mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan
keisengan remaja adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan
urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua
bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang
sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang
antara pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin
ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi
pengertian agar meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat
menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia
makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada
anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali
kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua
dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan
bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah
pengertian sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga
untuk menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua
arah antara orang tua dan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat
anak Orang tua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah
dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan
masalahnya kepada orang tua.
Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku
otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah
komunikasi terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta
penanaman nilai agama diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku
mencari perhatian dan kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan
terjerumus pada kenakalan remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah
masuk dalam penggunaan obat-obat terlarang serta narkoba.
Sabtu, 26 Agustus 2017
kenakalan remaja 2
rindu sahabat
Namaku ami aku mempunyai seorang sahabat bernama fari dia baik, cantik dan juga pintar aku memang baru mengenalnya tapi dia sosok sahaba...
-
Trik Menempatkan Gambar di Belakang Teks Pada Excel. Menempatkan objek berupa gambar di belakang teks pada microsoft excel ternyata tidak s...
-
Materi Blogger CARA MEMBUAT BLOG DI BLOGGER Membuat blog di blogger.com sangatlah mudah. Sekarang saya akan tunjukan cara untuk memb...
0 komentar:
Posting Komentar